SISTEM MANAJEMEN RESIKO

Liabilitas keuangan utama Perseroan terdiri dari utang bank dan lembaga keuangan lainnya, utang usaha kepada pihak ketiga, utang lain-lain, utang akrual, utang pihak-pihak berelasi non-usaha, uang muka, liabilitas imbalan kerja dan liabilitas keuangan jangka panjang lainnya. Tujuan utama dari liabilitas keuangan adalah untuk meningkatkan permodalan Perseroan dalam menunjang aktivitas operasi dan investasi.

Perseroan memiliki beberapa jenis aset keuangan, seperti kas, piutang usaha, piutang lain-lain, piutang pihak-pihak berelasi non-usaha dan aset keuangan lancar dan tidak lancar lainnya yang timbul langsung dari kegiatan usahanya.

Resiko utama dari instrumen keuangan Perseroan adalah resiko pasar (termasuk resiko mata uang asing dan resiko harga komoditas), resiko tingkat suku bunga, resiko kredit dan resiko likuiditas. Penelaahan manajemen dan kebijakan yang disetujui untuk mengelola masing-masing resiko ini dijelaskan secara detail sebagai berikut:

1. Resiko Mata Uang Asing

Perseroan tidak secara signifikan menggunakan mata uang asing karena hampir semua transaksi, aset dan liabilitas Perseroan dalam mata uang rupiah.

Mata uang pelaporan Perseroan adalah rupiah. Perseroan menghadapi resiko nilai tukar mata uang asing karena biaya pembelian impor atas peralatan dan perlengkapan gedung tetapi hal tersebut tidak material, sehingga resiko terhadap mata uang asing, seperti dolar Amerika Serikat tidak signifikan.

Perseroan tidak mempunyai kebijakan lindung nilai yang formal untuk laju pertukaran mata uang asing. Apabila diperlukan, Perseroan akan melakukan lindung nilai untuk mengurangi resiko terhadap resiko mata uang asing. Transaksi dalam mata uang asing selain dari yang berhubungan dengan operasional rutin dijaga pada tingkat minimum yang bisa diterima.

2. Resiko Harga Komoditas

Dampak resiko harga komoditas yang dihadapi Perseroan terutama sehubungan dengan pembelian bahan baku utama bangunan seperti besi, baja, cat dan semen. Sebelum hal tersebut terjadi, Perseroan mengantisipasi dengan membuat kontrak dengan pemasok terkait yang mengikat harga, kuantitas dan periode pengiriman sesuai kebutuhan Perseroan.

Kebijakan Perseroan untuk meminimalkan resiko yang berasal dari fluktuasi harga komoditas adalah dengan menjaga tingkat kestabilan biaya pembangunan, di samping laba neto tahun berjalan yang harus dicapai Perseroan.

3. Resiko Tingkat Suku Bunga

Resiko tingkat suku bunga Perseroan terutama timbul dari pinjaman untuk tujuan modal kerja dan investasi. Pinjaman pada berbagai tingkat suku bunga variabel menunjukkan Perseroan kepada nilai wajar resiko tingkat suku bunga. Perseroan mengelola tingkat suku bunganya dengan cara mengkombinasikan antara pinjaman dengan suku bunga tetap dan mengambang.

4. Resiko Kredit

Resiko kredit yang dihadapi oleh Perseroan berasal dari kredit yang diberikan kepada pelanggan dan penyewa. Untuk meringankan resiko ini, saldo piutang dipantau secara terus menerus untuk mengurangi kemungkinan piutang yang tidak tertagih.

Untuk pelanggan yang gagal bayar terhadap properti yang dibeli, maka Perseroan tidak akan melakukan serah terima kepemilikan atas properti tersebut. Sedangkan untuk penyewa yang menunggak pembayaran uang sewa akan dipantau dari uang jaminan yang sudah diterima Perseroan. Sehingga sebelum tunggakan menjadi lebih besar dari jaminan, perlu diambil tindakan, seperti pemutusan perjanjian sewa-menyewa dan menjadwalkan kembali pembayaran. Manajemen Perseroan berpendapat tidak ada resiko yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang usaha.

Sehubungan dengan resiko kredit yang timbul dari aset keuangan lainnya yang mencakup kas dan setara kas, resiko kredit yang dihadapi Perseroan timbul karena wanprestasi dan counter party. Perseroan memiliki kebijakan untuk tidak menempatkan investasi pada instrumen kredit dengan resiko tinggi dan menempatkan kas dan setara kasnya hanya pada bank dan lembaga keuangan lainnya yang memiliki reputasi yang baik.

5. Resiko Likuiditas

Perseroan mengelola profil likuiditasnya untuk dapat mendanai pengeluaran modalnya dan membayar utang yang jatuh tempo dengan menjaga kecukupan kas dan setara kas, serta ketersediaan pendanaan melalui jumlah fasilitas kredit berkomitmen yang cukup.
Perseroan secara regular mengevaluasi proyeksi arus kas dan arus kas aktual dan terus menerus menjaga kestabilan hari utang dan hari piutangnya.

Sedapat mungkin, Perseroan memperoleh pendanaan baik dari pasar modal dan lembaga keuangan serta menyeimbangkan saldo portepelnya dengan pendanaan jangka pendek untuk mencapai pembiayaan yang efisien.

6. Resiko Permodalan

Tujuan utama pengelolaan modal Perseroan adalah untuk memastikan pemeliharaan rasio modal yang sehat antara jumlah liabilitas dan ekuitas guna mendukung usaha dan memaksimalkan imbalan bagi pemegang saham. Perseroan mengelola dan melakukan penyesuaian terhadap struktur permodalan berdasarkan perubahan kondisi ekonomi. Dalam rangka memelihara dan mengelola struktur permodalan. Perseroan mempertimbangkan efisiensi penggunaan modal berdasarkan arus kas operasi dan belanja modal, serta mempertimbangkan kebutuhan modal di masa yang akan datang. Kebijakan manajemen adalah mempertahankan secara konsisten struktur permodalan yang sehat dalam jangka panjang guna mempertahankan akses terhadap berbagai alternatif pendanaan pada biaya (cost of fund) yang wajar.

Sebagaimana praktek yang berlaku umum, Perseroan mengevaluasi struktur permodalan melalui rasio utang terhadap modal (gearing ratio) yang dihitung melalui pembagian antara utang neto dengan modal. Utang neto adalah jumlah liabilitas sebagaimana disajikan di dalam Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi dikurangi dengan jumlah kas dan setara kas. Sedangkan modal meliputi seluruh ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemegang ekuitas Perseroan.